Senin, 02 Maret 2009

Kerinduan-Kerinduan yang salah Alamat

Untuk yang senantiasa merindukan


Wahai kawan ingin aku bercerita tentang apa yang aku baca pagi tadi di sebuah majalah kecil yang mungkin engkau pun telah mengenalnya. Ya kawan! yang kumaksud adalah majalah Tarbawi edisi 182 Th.10 rajab 1429 H. Majalah yang menjadi teman setia kita menjalani hari-hari bersama dakwah ini. Mungkin kita sangat sering merasakan perasaan ini, perasaan yang akan mengharu biru jika telah tersampaikan, terungkapkan atau bahkan tidak sama sekali.

Kawan pernahkah engkau merindukan atau mungkin di rindukan. Ya memang, kerinduan adal dalam hati kita. Kerinduan merupakan pengharapan bahkan bisa menjadi sebuah cita-cita untuk meraih sesuatu yang kita inginkan. Lantas pernahkah kita berfikir bahwa tidak selamanya kerinduan ini berakhir dengan baik. Mungkin kita sering menambatkan kerinduan itu pada sesuatu yang kurang baik. Sehingga bukan maslahat yang kita dapat namun mafsadat yang kita tuai.

KERINDUAN PADA PAHLAWAN & FIGUR YANG SALAH ALAMAT
dalam suatu riwayat dikatakan suatu hari Umar Bin Khattab duduk bersama pada sahabatnya. Lalu ia Mengutarakan cita-citanya sendiri. Katanya,"Aku merindukan kehadiran pemuda seperti Abu Ubaidah bin Jarrah, Mu'adz bin Jabal, dan Salim Maula Abu Hudzaifah, yang dengan mereka aku berjuang menegakkan kalimat Allah."
Semoga Allah merhamati Umar. Ia telah mengungkapkan sesuatu yang luar biasa dan mungkin telah lama membuncah dalam jiwanya. itulah kerinduan yang benar kawan, kerinduan yang beralamat dengan jelas.
coba engkau lihat sekarang ini sering kali kita melihat kerinduan yang tidak tepat sasaran. Generasi Islam kita, tumbuh dalam pencarian figur, terkadang salah alamat dalam menokohkan. Ironisnya Kerinduan yang salah alamat ini sering kita perankan. Kita terlena dengan tampilan fisik, logika-logika yang memukau sehingga melupakan isi.

KERINDUAN PADA KEBENARAN YANG SALAH ALAMAT
Kerinduan pada kebenaran adalah kerinduan kita pada keselamatan, sedangkan keselamatan itu adalah cita-cita besar yang harus ada pada diri kita setiap saat. Kebenaran yang mungkin diraih jika kita berada pada jalur yang benar. Pernah suatu kali dalam tayangan sebuah stasiun televisi kita saksikan sejumlah pemuda berjas serta berdasi dalam sebuah ruangan mewah lantas ia mengatakan "aku bersaksi tidak ada Tuhan selain Allah dan Al Masih Al Mau'ud Rasulullah." Tentunya mereka adalah pemuda yang merindukan Kebenaran. Tapi sayang, mereka salah alamat. Kebenaran yang menyelamatkan itu panduannya sudah jelas dalam Islam, yaitu Alquran dan As sunah. Di dalamnya kita bisa menemukan kebenaran yang menentramkan jiwa dan raga.

KERINDUAN PADA KEBAHAGIAAN YANG SALAH ALAMAT
Kebahagiaan dan kedamaian adalah kebutuhan yang asasi dalam kehidupan kita. Benar atau tidak wahai kawan? Rasa-rasanya tidak ada seorang pun yang tidak merindukannya. Bahkan untuk mencapai tujuan itu banyak yang berusaha, bekerja keras untuk mendapatkannya. Kebahagaian adalah keadaan dalam jiwa seseorang yang mampu melakukan suatu perbuatan yang bernilai luhur. Ini juga merupakan kekuatan batin yang memancarkan ketenangan dan kedamaian. Kebahagiaan adalah kejernihan hati.Kebahagiaan adalah membuang jauh segala pikiran negative dan mengisinya dengan hal-hal yang positif. Kebahagiaan adalah segala cara yang kita kerjakan yang di ridhoi-Nya itulah kebahagiaan yang benar dan jelas.
Di luar itu, adalah kebahagian yang salah alamat. Merindukan ketenangan dengan mendatangi dukun, paranormal. Mencari jabatan dengan meminta pertolongan pada paranormal, hal ini juga termasuk keliru. Dan masih banyak hal lagi di luar itu. Bahkan ada lagi yang mencari kebahagiaan dengan menebar cinta di luar sana. Betapa banyak pejabat yang terjungkal dari kursinya karena salah member cinta dan keliru menyimpan kasih sayang.

KERINDUAN PADA SUASANA YANG SALAH ALAMAT
Kehidupan kita yang silih berganti dari satu suasana ke suasana yang lain. Dari satu kondisi kepada kondisi yang berbeda, kadang baik kadang buruk. Antara yang baik dan buruk merupakan hasil rekayasa kita sendiri. Maksudnya, jika kita menginginkan yang baik maka kita bias membuat suasana tersebut menjadi baik. Begitu juga sebaliknya.
Suasana silih berganti itu, melahirkan karakter orang. Ada yang optimis atau bahkan pesimis, apalagi melihat keadaan yang semakin tidak menentu. Yang ada suasana semakin rumit. Orang-orang seperti ini sekali tidak sedikit sibuk membangun mimpi akan masa lalu yang lebih mudah, yang mungkin dirasakan.
Yang salah adalah kita mengharapkan masa lalu. Merindukan kejayaan masa lalu, tentu saja tidak salah. Bahkan terkadang sangat diperlukan, sebab bangsa yang mampu membangkitkan keterpurukannya adalah bangsa yang bisa menghadirkan semangat masa lalu.

KERINDUAN PADA KEMULIAAN YANG SALAH ALAMAT
Kemuliaan itu hanya milik Allah SWT, Rasul-Nya dan orang-orang beriman yang memiliki keimanan yang benar. Begitu yang bisa kita dapatkan dengan jelas dalam Al Quran. Siapa yang bersama Allah, Rasul-Nya dan orang-orang beriman maka ia pasti akan mendapatkan kemuliaan itu.
Dahulu pada zaman Rasulullah SAW, di sekitar beliau ada yang mengaku beriman tetapi hanya sebatas lisan. Imannya tidak mampu melewati tenggorokannya. Mereka hidup berdampingan bersama Rasulullah dan para Sahabat dengan menyimpan kekufuran di dalam hatinya. Karena itu maka Allah menegaskan, “kabarkanlah kepada orang-orang yang munafik bahwa mereka akan mendapatkan siksaan yang pedih: orang-orang yang mengambil orang-orang kafir menjadi teman-teman penolong dengan meninggalkan orang-orang mukmin. Apakah mereka mencari kekuatan di sini orang kafir itu? Maka sesungguhnya semua kekuatan kepunyaan Allah.” QS An Nisa 138-139.

Kawan ini adalah peringatan untuk kita semua selama kita mengaku muslim. Bahwa kerinduan kita akan kemuliaan, kemenangan, dan kekuatan tidak akan bisa di capai jika kita menanggalkan keislaman kita.
Semoga Allah SWT senantiasa meneguhkan Islam di hati kita, agar ia tidak kiat pandang sebelah mata, seperti pakaian kekecilan sehingga kita merasa perlu tambahan pakaian di luar pakaian Islam.

My Links

amazone store